Minggu, 18 Februari 2018

Pemasaran Produk Jamur Tiram

 Produksi jamur tiram yang dihasilkan berupa:
  1. Jamur Tiram segar
  2. Produk turunan atau olahan dari Jamur Tiram seperti jamur goreng tepung, kripik jamur, bakso jamur, jamur siap masak dalam kemasan plastik, siomay crispy jamur dll.
Prospek Pasar Budidaya jamur tiram di Indonesia sangat bagus karena memiliki potensi ekonomi yang tinggi dengan segmen pasar yang jelas. Hal ini diperkuat dengan beberapa alasan sebagai berikut:
  1. Permintaan jamur tiram yang ada di Indonesia tidak terbatas apalagi saat ini jamur sudah banyak dibuat produk olahan makanan ringan
  2. Pasar jamur tiram saat ini telah meluas hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan ke luar negeri
  3. Semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan, karena jamur tiram memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi serta khasiat yang bagus untuk tubuh manusia.
  4. Beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik sebagai pengganti bahan pangan sebagai lauk pada khususnya.
Kebutuhan market usaha budidaya jamur tiram adalah dari konsumen jamur yang didasarkan oleh kebutuhan rumah tangga sehingga kebutuhan akan jamur tiram juga masih tergolong tinggi. Namun demikian pemenuhannya masih sangat terbatas pada pasar tradisional dan beberapa retail pada beberapa kota besar.


Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolong pada pasar kebutuhan barang yang bersifat sekunder, namun permintaan pasar masih tinggi.
Sebaliknya pada segmen restoran dan hotel, kebutuhan akan jamur tiram cukup tinggi. Suppliers jamur tiram masih minim dan masih sangat dibutuhkan. Kecenderungan dari restoran dan hotel yang paling penting untuk disikapi adalah pelayanan akan faktor satisfaction penyediaan barang, mulai dari kontinyuitas, ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, serta yang paling utama adalah penurunan harga jual.

Proyeksi Pengembangan Usaha Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil yang dipandang sebagai tulang punggung dalam salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itulah maka pengembangan budidaya jamur tersebut akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1.    tahap industri kecil awal,
2.    tahap industri kecil lanjut,
3.    dan tahap industri menengah.
Penjelasan mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Tahap Industri Kecil Awal. Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat dan kokoh
  2. Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur. Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi. Penambahan tenaga kerja. Pencarian investor Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri kecil yang kokoh. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil awal diperkirakan berkisar antara 30 hingga 100 juta rupiah.
  3. Tahap Industri Kecil Lanjut. Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal.
  4. Setelah kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil lanjut yang ditargetkan untuk memiliki perijinan dan pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian produksi hingga profesional di bidang pemasaran, R dan D dan administrasi.
  5. Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri menengah nasional yang produksinya diperkirakan mencapai sedikitnya 100.000 baglog produksi per musim. Tahap industri kecil lanjut itu sendiri diharapkan mampu memproduksi hingga 9 ton per bulan.  Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil lanjut ini diperkirakan diperkirakan berkisar antara 150 hingga 200 juta rupiah.
  6. Tahap Industri Menengah. Nasional Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil, mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan ekspor.  Tahap ini diharapkan mampu menyerap sedikitnya 50 tenaga kerja.
Banyak pertanyaan yang menanyakan tentang bagaimana cara pemasaran jamur tiram yang baik dan efektif? Apakah bisnis jamur tiram cukup prospektif untuk dijalankan? Apakah ada supplier jamur tiram yang mampu menerima hasil panen jamur tiram dengan jumlah besar untuk memudahkan hasil panen? Pemasaran jamur tiram tergolong gampang-gampang susah. Namun dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian masyarakat serta telah meningkatnya konsumsi jamur maka bisnis jamur tiram ini menjadi semakin prospektif.

Jamur tiram oleh masyarakat telah dianggap sebagai sayuran seperti halnya sayuran lainnya. Jadi orang yang beli jamur tiram juga sama saja dengan membeli sayuran pada umumnya. Jamur tiram juga tidak dianggap sebagai bahan yang mahal. Namun demikian dalam memasarkan jamur tiram putih, harus melihat potensi daya serap yang ada di masyarakat sekitar kita.

Langkah awal yang hendaknya dilakukan dalam pemasaran jamur tiram adalah dengan survey ke pasar sekitar apakah sudah ada yang memasarkan jamur tiram, seberapa besar kebutuhan akan jamur tiram, dan bagaimana system pemasarannya. Disamping itu, juga perlu membidik beberapa segmen pasar lainnya selain pasar tradisional seperti, warung, rumah makan, outlet-outlet jajanan (untuk olahan jamur tiram seperti jamur goreng, tahu goreng), supermarket, catering, dan lain sebagainya.  Saat ini, telah banyak penjual nasi goreng, capjay, ataupun chinese food terutama, sebagai bahan masakannya sudah mencampur dengan jamur tiram sebagai salah satu bahannya.

Adapun  potensi penjualan jamur tiram tersebut diantaranya adalah sebagai berikut ::
  1. Pasar tradisional
  2. Warung
  3. Rumah makan
  4. outlet jamur crispi, tahu crispi, singkong goreng keju plus jamur
  5. Outlet martabak
  6. Usaha catering
  7. Outlet nasi goreng
  8. Supermarket.
Pada tahap awal umumnya penjualan jamur tiram melalui plasma saja karena resikonya relatif kecil. Penjualan melalui plasma tersebut tidak perlu berfikir masalah pemasaran karena semua hasil panen jamur akan diterima. Namun memang memiliki kelemahan yaitu harga jamur tiram yang diterima relative lebih murah dibandingkan harga pasar. Minimnya harga tersebut, hanya akan memberikan sedikit keuntungan.

Perkiraan penghitungan penjualan melalui plasma dengan asumsi harga Rp. 6000,-/kg maka dapat dihitung, jika per baglog hasil jamur terjual sekitar 400gram, maka akan menghasilkan uang 0,4x Rp. 6000,- = Rp.2400,-. Dengan harga baglog Rp.1800,-, keuntungan kotorn per baglog hanya mencapai Rp.600,-. Jadi dari 10.000 baglog maka akan menghasilkan keuntungan kotor 6juta selama kurang lebih 5bulan (dengan asumsi 1bulan masa inkubasi 4 bulan masa produksi). Dari keuntungan kotor tersebut masih dikurangi dengan biaya operasional, pembayaran tenaga kerja, kontrak lahan dan sebagainya. Kesimpulan, keuntungan bersihnya tinggal sekitar 300.000 per bulan.

Karena kondisi tersebut maka harus berani mengajukan diri untuk keluar dari system pemasaran plasma. Penjualan jamur tiram dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan survey terlebih dahulu ke kota-kota lain untuk menawarkan jamur tiram tentunya dengan harga yang lebih tinggi. Agar memperoleh respon yang cukup baik dan prospektif, maka harus benar-benar punya produk jamur tiram yang berkualitas serta kesediaan atau produksi yang selalu ada, karena rata-rata pelanggan akan menanyakan kapan bisa mulai support. 

Bayangkan, dengan sistem plasma, beda harganya Rp.8000 - Rp.6000 = Rp.2000 per kg. Jangan anggap remeh nilai 2rb /kg ini.. panen dari 2 kumbung dengan kapasitas masing-masing 8000 baglog bisa mencapai 3200kg x2 = 6400kg, coba kalikan 2rb tadi. Selisih penjualan yang bisa didapat adalah sejumlah Rp. 12.800.000,

Sumber Utama: 
Buku Serba-Serbi Bertani Jamur Tiram, 2015. Bangkalan: UTM Press

Daftar Bacaan Yang Lain
Andoko, Agus dan Parjimo. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan Jamur Merang). Agromedia Pustaka. Jakarta

Agus G.T.K. 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonim. 2005. Aneka Jamur. www.clikwok.com. Diakses Tanggal 23 Maret 2010.

Bali Post, Edisi 17 April 2006. Bali Harus dapat Berswasembada Jamur.

Cahyana, Muchrodji dan Bakrun, 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisis Usaha Budidaya Jamur Tiram, Penebar Swadaya, Jakarta

Djarijah, N. M. dan A. S. Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram, Pembibitan, Pemeliharaan, dan Pengendalian Hama-Penyakit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Genders. 1986. Becocok Tanam Jamur. Pioner Jaya. Bandung.

Gunawan, AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swadaya

https://dapurmasak.com/resep/tongseng-jamur-spesial-30840?ref=category_page

http://www.vemale.com/kuliner/resep-makanan/72226-resep-kreatif-otak-otak-jamur-tiram-plus-kuah-segar.html

http://www.vemale.com/kuliner/resep-makanan/70132-resep-bakso-jamur-vegetarian.html

http://www.vemale.com/kuliner/resep-makanan/53874-siomay-kukus-isi-jamur-cocok-untuk-diet.html

Haryadi, 1982. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku. Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, Yogyakarta

Mastresna, I M. 2007. Balipost, Minggu 20 Mei 2007. Membedah Khasiat Jamur, dari Menangkal Racun, Stres, sampai Hambat Virus HIV/AIDS.

Muchrodji dan YA Cahyana. 2005. Budidaya Jamur Kuping. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sinaga, M.S. 2006. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sinaga, 1993. Jamur Tiram dan Budidayanya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siswono. 2003. “Jamur untuk Anti Kolesterol”. Kompas, 30 agustus 2003.

Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram, Budidaya dan Peluang Usaha. Aneka Ilmu. Semarang.

Suriawira. 2001. sukses Beragrobisnis Jamur Kayu : Shiitake, Kuping, Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta

Saparinto, Cahyo dan Sunarmi. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Jakarta

Tim Redaksi Trubus, 2000. Budidaya Pleurotus ostreatus “Tiram” Jamur konsumsi. Penebar swadaya. Jakarta.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Pak kalo kami mau jual jamur frash ke tempat bapak,, bapak mau nampung?