Minggu, 18 Februari 2018

Panen dan Pascapanen Jamur Tiram


Alat-alat yang diperlukan dalam memanen jamur tiram diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Pisau cutter atau pisau lainnya yang tajam
  2. Keranjang sebagai tempat mengumpulkan hasil panen
  3. Timbangan yang akan diperlukan untuk menghitung jumlah hasil panen sebelum jamur tiram akan dikemas
  4. Plastik PP untuk mengemas hasil panen yang akan dipasarkan dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan
Pinhead atau yang dikenal sebagai bakal jamur akan mulai muncul hanya dalam waktu 5 hingga 7 hari saja. Pada waktu tersebut jamur sudah akan tumbuh maksimal jadi hendaknya harus segera dilakukan pemanenan. Apabila telat dalam waktu 4 hingga 8 jam saja maka warna jamur akan segera berubah menjadi agak kuning sehingga tidak berwarna putih bersih lagi. Hal tersebut akan menunjukan kualitas jamur yang buruk dan tentunya juga sangat berpengaruh terhadap besarnya harga jual jamur tiram.


Langkah-langkah Memanen Jamur Tiram 
  1. Jamur disayat di pangkal batangnya sehingga terbawa dengan akarnya
  2. Kotoran berupa bahan media tanam jamur yang biasanya menempel pada akar jamur dibersihkan
  3. Membersihkan jamur jangan dilakukan di areal kumbung atau tempat budidaya, karena  sisa-sisa kotoran jamur tersebut bisa menyebabkan kontaminasi ataupun timbulnya hama ulat, dan hama lainnya sehingga dikhawatirkan dapat menghambat tumbuh jamur tiram generasi berikutnya
  4. Setelah jamur selesai dari semua proses termasuk pembersihan tadi, maka jamur siap untuk dikemas dan dipasarkan
  5. Pengemasan jamur tiram juga harus hati-hati, susunlah jamur tiram dengan rapi,pastikan tidak ada daun jamur yang melipat, dan dalam mengikat plastik kemasan juga jangan terlalu menggelembung karena beberapa jam setelah dikemas jamur akan mengeluarkan gas yang akan memenuhi palastik kemas sehingga mengencang, jadi hendaknya beri ruang saat mengikat plastik kemas tersebut.

Hal-hal yang mampu menyebabkan gagalnya baglog, yaitu:
  1. Proses sterilisasi kurang maksimal, dan tidak sesuai kebutan, tidak meratanya suhu yang ada di dalam autoclaf.
  2. Kualitas bibit F2 yang kurang bagus
  3. Banyaknya butiran kasar pada kapur CaCo2
  4. Penggunaan serbuk kayu yang tidak sesuai (serbuk kayu berasal dari jenis kayu yang bergetah banyak)
  5. Terlalu lama membiarkan baglog yang sudah di steril diluar ruangan, idealnya baglog yang sudah selesai disterilisasi dan didinginkan harus segera ditaburi denganbibit dan langsung diinkubasi. Waktu yang diperlukan dari proses sterilisasi hingga selesai ke proses inkubasi maksimal adalah 2x24 jam
  6. Ruangan inkubasi yang kurang steril, dapat dihindari dengan disemprot menggunakan pungisida
  7. Suhu ruangan yang terlalu panas dan terlalu dingin minimal 28°C dan maksimal 35°C, jika lebih atau kurang dari suhu tersebut maka bibit jamur akan terhambat dan bahkan akan mati.
  8. Kadar air yang terlalu tinggi

Ciri-Ciri Baglog yang Kurang Baik
ciri-ciri baglog yang kurang baik adalah sebagai berikut:
  1. bibit yang sudah berumur tiga hari terhitung dari mulai proses inokulasi, tidak merambat atau tidak keluar bakal  miseliumnya.
  2. baglog telah berumur dua hari ditumbuhi jamur liar, biasanya akan tampak berwarna hitam atau kehijauan pada permukaan baglog.
  3. perambatan miselium tidak merata terhitung setelah proses inokulasi dalam kurun waktu 7 sampai 10 hari

Ciri-Ciri Baglog yang Baik
  1. Setelah waktu 24 jam terhitung dari mulai proses inokulasi, bibit dipermukaan atas baglog (dibawah cincin plastik) akan berubah warna menjadi putih
  2. Perambatan miselium tampak merata dan tebal
  3. Baglog tidak terkontaminasi oleh jamur liar pada bagian yang belum dirambati miselium
  4. Baglog yang telah berusia 25 sampai 30 hari akan100% ditumbuhi oleh miselium, dan pada media tidak tersisa sedikitpun yang berwarna coklat atau hitam
Sumber Utama: 
Buku Serba-Serbi Bertani Jamur Tiram, 2015. Bangkalan: UTM Press

Daftar Bacaan Yang Lain
Andoko, Agus dan Parjimo. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan Jamur Merang). Agromedia Pustaka. Jakarta

Agus G.T.K. 2002. Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonim. 2005. Aneka Jamur. www.clikwok.com. Diakses Tanggal 23 Maret 2010.

Bali Post, Edisi 17 April 2006. Bali Harus dapat Berswasembada Jamur.

Cahyana, Muchrodji dan Bakrun, 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisis Usaha Budidaya Jamur Tiram, Penebar Swadaya, Jakarta

Djarijah, N. M. dan A. S. Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram, Pembibitan, Pemeliharaan, dan Pengendalian Hama-Penyakit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Genders. 1986. Becocok Tanam Jamur. Pioner Jaya. Bandung.

Gunawan, AW. 2001. Usaha pembibitan Jamur. Jakarta. Penebar swadaya

https://dapurmasak.com/resep/tongseng-jamur-spesial-30840?ref=category_page

http://www.vemale.com/kuliner/resep-makanan/72226-resep-kreatif-otak-otak-jamur-tiram-plus-kuah-segar.html

http://www.vemale.com/kuliner/resep-makanan/70132-resep-bakso-jamur-vegetarian.html

http://www.vemale.com/kuliner/resep-makanan/53874-siomay-kukus-isi-jamur-cocok-untuk-diet.html

Haryadi, 1982. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku. Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, Yogyakarta

Mastresna, I M. 2007. Balipost, Minggu 20 Mei 2007. Membedah Khasiat Jamur, dari Menangkal Racun, Stres, sampai Hambat Virus HIV/AIDS.

Muchrodji dan YA Cahyana. 2005. Budidaya Jamur Kuping. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sinaga, M.S. 2006. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sinaga, 1993. Jamur Tiram dan Budidayanya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siswono. 2003. “Jamur untuk Anti Kolesterol”. Kompas, 30 agustus 2003.

Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram, Budidaya dan Peluang Usaha. Aneka Ilmu. Semarang.

Suriawira. 2001. sukses Beragrobisnis Jamur Kayu : Shiitake, Kuping, Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta

Saparinto, Cahyo dan Sunarmi. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Jakarta

Tim Redaksi Trubus, 2000. Budidaya Pleurotus ostreatus “Tiram” Jamur konsumsi. Penebar swadaya. Jakarta.

Tidak ada komentar: